Pagi ini ketika membuka aplikasi telegram, aku melihat ada sebuah pesan masuk. Pesan itu berasal dari seorang penulis hebat bernama Tendi Murti. Salah satu buku yang pernah beliau tulis berjudul LEGACY. Selain itu, Tendi Murti juga merupakan Founder KMO Indonesia dan juga CEO dari KBM.
Mungkin, sebagian dari kamu sudah mengetahui tentang KMO dan juga KBM, namun mungkin ada juga yang masih asing dengan istilah itu. Namun yang pasti, kedua istilah itu berkaitan dengan komunitas menulis.
Bagi kamu yang ingin belajar menulis, bisa gabung di KMO dan KBM loh...
Baiklah, sekarang kita masuk ke inti artikel kali ini, yaitu tentang bagaimana mengatasi mental block/mental blok.
Namun sebelum itu, saya akan memberi sedikit gambaran mengenai mental block/mental blok itu sendiri.
Sebenarnya, mental block/mental blok ini tidak hanya dapat dirasakan oleh penulis saja, pelajar dan mahasiswa juga mungkin mengalaminya.
Mental block adalah bentuk penolakan tak terkendali yang berasal dari otak.
Biasanya, seseorang yang mengalami mental block tidak dapat berpikir jernih. Dan bagi seorang penulis, gejala mental block biasanya terlihat ketika seorang penulis merasa buntu, stres dan kehilangan ide dan gairah menulisnya.
Padahal, selama ini ia selalu aktif dan produktif ketika menulis.
Lebih jauh, Tendi murti mengatakan setidaknya ada 4 ciri ketika seorang penulis mengalami mental block, yaitu:
- Merasa tulisan tidak akan dapat berkembang
- Merasa ide mentok terus menerus
- Merasa tidak ada jalan keluar untuk tantangan yang sedang dihadapi
- Merasa tulisan kamu tidak ada yang membaca
Tentu saja mental block/mental blok tidak boleh berlama-lama menguasai diri kita yang terutama kamu yang seorang penulis atau sedang dalam proses belajar menulis.
Kenapa?
Karena hal semacam itu dapat menghambat kreativitas, menghilangkan motivasi menulis, dan juga menghambat produktivitas kamu.
Baiklah, disini saya akan membagikan beberapa tips dari Tendi Murti mengenai cara mengatasi mental blok bagi seorang penulis.
- Cari tahu dalam diri kita, kira-kira potensi kita ada dimana.
seseorang mungkin ada yang cenderung lebih menyukai menulis fiksi, namun ada pula yang merasa manulis nonfiksi itu lebih menarik. Nah, sekarang giliran kamu yang harus memahami diri kamu lebih condong ke arah mana untuk menulis.
Karena, jika kamu melakukan sesuatu yang kamu sukai, tentu akan terasa lebih mudah dalam proses mengerjakannya.
- Seimbangkan antara melakukan riset dan menulis
Jika ingin menulis sesuatu yang bergenre non fiksi, tentu kamu harus melakukan banyak riset untuk mengumpulkan data agar karya kamu lebih akurat.
Namun, menurut saya tidak hanya pada karya nonfiksi saja kita memerlukan riset, ketika menulis karya fiksi juga sebaiknya kita melakukan riset.
Lebih lanjut, Tendi Murti juga mengatakan bahwa ketika kamu buntu saat menulis, maka sebaiknya perbanyak untuk membaca buku. Sehingga dapat menambah referensi dan wawasan kamu.
- Menguatkan tekad untuk keluar dari mental blok
Dalam melakukan sesuatu, hendaklah dimulai dengan niat dan tekad yang kuat. Begitu pula jika kamu ingin keluar dari masalah mental block/mental blok, kamu harus semakin menguatkan tekad hingga terpacu kembali semangat kamu untuk menulis.
Jadwal harian dapat membantu kamu untuk terbiasa menulis. Terutama jika kamu adalah pemula. Dengan adanya jadwal harian, diharapkan kamu menjadi disiplin dalam menulis.
Hal ini tentu saja sangat baik diterapkan bagi mahasiswa yang sedang mengerjakan tugas akhir ataupun skripsi.
Kebuntuan, atau merasa rendah diri terhadap karya yang sedang kita buat dapat kita hadapi dengan cara belajar lebih banyak.
Karena, dengan belajar dan membaca lebih banyak, tentu ilmu yang kita miliki akan bertambah. Sehingga, diharapkan dengan bertambahnya ilmu dan pengalaman kita, dapat membuat karya yang sedang kita kerjakan menjadi lebih baik dan berkualitas.
Karena sejatinya, belajar bukan hanya dengan membaca buku saja. Kita dapat belajar dimanapun, bahkan dari seorang anak kecil sekalipun. Dan tentu saja kita dapat belajar dari banyak hal.
Jika kita sedang menulis novel fiksi, mungkin nonton drama korea, film romatis ataupun komedi juga dapat menambah referensi kita dalam menulis. Selain dengan banyak membaca novel-novel lain tentunya.
Comments
Post a Comment