gambar ilustrasi gadis bermantel biru |
Gadis Bermantel Biru
Menjelang akhir tahun biasanya memiliki intensitas hujan lebih tinggi dari pada biasanya. sudah hampir seminggu, Medan terus di guyur hujan siang dan malam, matahari yang biasanya menyengat di siang hari, kali ini bersembunyi di balik awan... tak biasanya orang medan kedinginan.
Aktivitas wargapun sedikit terganggu apalagi pada titik-titik daerah yang memiliki langganan banjir, siap-siaplah kedatangan tamu rutin tiap tahun, siap-siap juga menguras dan membersihkan rumah akibat ulah tamu yang selalu datang meski tak pernah di undang, yaitu banjir.
Jalan-jalan mulai tergenang air..Aku pun mulai mengeluh dengan keadaan ini, karena saat ini aku di tunjuk untuk bertugas di kampus II, lokasinya lebih jauh dari Kampus I dimana biasanya aku bekerja. Selain lebih jauh Akupun harus pulang lebih larut, biasanya jam pulang kantor jam 16.00 WIB tapi karena tugas ini aku harus pulang jam 20.30 WIB.
Sebenarnya tak ada persoalan dengan tugas sampai larut malam, namun karena cuaca yang tidak mendukung badanku mulai pegal-pegal karena terus menerus di terpa hujan setiap pulang kerja.
Akupun mulai mengeluh,,,
Namun karena tugas dan amanah yang telah di emban, bagaimanapun harus di tunaikan, dengan mengucap Bismillah, Pukul 7.00 WIB dibawah rintik-rintik hujan aku pun mulai bergerak berangkat kekampus II, memang harus berangkat lebih cepat apalagi hujan, pasti ada banyak genangan air sehingga laju kenderaan tidak dapat sekencang biasanya.
Selain takut dengan lubang yang ada di jalan, juga takut makian pengendara lain karena cipratan air dari ban kreta*
Untuk menghindari itu lebih baik jaga jarak dan laju kenderaan disesuaikan dengan pengendara lain, kata pepatah jawa "alon-alon asal kelakon" pelan-pelan asal selamat.
Alhamdulillah setelah satu jam perjalanan aku pun sampai di lokasi kerja, meski tangan sampai keriput karena dingin ke guyur hujan.
Sampai disana rekan-rekan kerjakupun masih menceritakan tentang cuaca saat ini, ada yang rumahnya terkena banjir, ada yang kenderaannya terendam sampai padam.
semua mengeluhkan keadaan saat ini dan semua berharap keadaan ini secepatnya berlalu. Setelah bincang-bincang dan mengeluhkan keadaan kamipun bekerja seperti biasa.
Melayani mahasiswa dan dosen yang sudah menjadi tugas pokok kami,
Tampat terasa waktupun berlalu, Azan Isya telah berkumandang akupun bersegera mengambil wudhu dan sholat isya. Beberapa waktu lagi sudah waktunya pulang, namun sayang hujan belum juga berhenti, memang tidak deras tapi rintik-rintik, biasanya hujan model begini awet sekali.
Karena perkiraanku hujan seperti ini tidak akan berhenti, akupun beranjak pulang menggunakan jas hujan yang sudah mulai robek di beberapa sisi.
Akupun berlahan menelusuri jalanan yang tampak mengkilaf karena air dan cahaya dari kenderaan, rasanya ingin sekali cepat-cepat sampai rumah. Mandi air hangat dan tidur menggunakan selimut... atau bahasa sekarang rebahan... pasti nikmat sekali kalau bisa rebahan.
Ku amati gedung-gedung yang terang dengan cahaya lampu, ku lihat banyak orang disana melihat ke arah jalan sambil bersantai, sambil menikmati makanan hangat yang di sajikan, bau makanannya sampai ke jalan membuat perutku semangkin meronta minta di isi.
Di kampus tadi memang aku belum makan, karena hujan terus tak bisa keluar beli makan, kantin yang dikampus hanya ada indomie yang tersisa...
Aku mengeluh...
Sebenarnya kota Medan, indah kalau di lihat di malam hari, apalagi kalau lewat jam 20.00 WIB lampu -lampu dari gedung yang mewarnai keindahan kota, lebih lagi kalau malam udaranya sejuk dan tidak panas, dan lagi di jam segini lalu lintaspun tak begitu macet, jadi berkendarapun santai. tapi karena hujan pemandanganpun jadi terganggu, ingin rasanya cepat-cepat aja sampai rumah.
aku mengeluh lagi...
Aku terus belahan menelusuri jalan, sampai mataku terfokus pada pemandangan ke seseorang gadis kecil di pinggir jalan. Dia sedang duduk bersandarkan pagar jembatan, dibawah hujan rintik-rintik dia menggunakan mantel plastik berwarna biru.
Gadis itu duduk sendirian, mantel yang di pakainyapun tidak sempurna, sehingga membasahi sebagian kepalanya. Ditangannya memegang secuil makanan.
Sepertinya dia sangat menikmati makanan itu, tampa ada wajah mengeluh sedikitpun. tapi membuat iba siapapun yang melihatnya. Anak - anak seusianya jam segini mestinya ada dirumah meski belum tidur mungkin sedang menonton tv, main gedget atau malah medengar cerita dongeng dari orang tuanya.
Hatiku merembes melihat pemandangan itu... dibawah gedung-gedung yang megah itu. ada cerita lain yang membuat hati terluka.
Ya Allah betapa tak bersyukurnya aku terhadap nikmat-MU...
Keesokan harinya aku memperhatikan sisi jembatan dimana gadis bermantel biru kemarin ku lihat,ya disana ada dia yang sedang duduk di trotoar dengan gaya yang sama memakai jas hujan warna biru, aku berjalan lebih dekat namun aku belum berani berhenti.
Aku takut dia malah takut kalau aku mendekat dan langsung menyapanya.
Hari terus berlalu, setiap aku lewat daerah itu gadis itu ada disitu, aku jadi terbiasa melihat pemandangan itu,
Sore itu hari sedikit cerah, matahari menampakkan wajahnya dan memberikan kehangatan disebagian belahan bumi. Aku keluar dari area kampus dan melihat sekeliling, mataku melihat toko donat, aku membelinya beberapa potong donat. Sengaja ku jadikan dua tempat.
Niatku pulang nanti, jika gadis mantel biru itu ada disana aku akan memberikan untuknya, sebagai ucapan terimakasih telah menyadarkanku dari segala nikmat yang telah diberikan.
Ternyata masih banyak orang-orang yang mampu bersyukur di tengah gempuran kesulitan dan ujian hidup.
Setelah waktu pulang aku langsung beranjak meski hujan kembali turun, seperti biasa ketelusuri jalanan dengan berlahan. Sampai di Jembatan yang biasa tempat untuk duduk si gadis bermantel biru. Dia sedang termenung seperti menunggu seseorang, Aku pelan-pelan mendekati dan berhenti tepat di depannya.
Ku sapa dia dengan ramah dan langsung mengulurkan bungkusan donat yang tadi aku beli, dia ragu untuk mengambilnya, tapi berlahan melangkahkan kaki untuk mendekat.
"Ini ada donat buat kamu" kataku sambil menyerahkan kepadanya
"Terimakasih pak" katanya
"Lagi nunggu siapa disini?" tanyaku
"Nunggu mama disitu" dia menunjuk ke arah pinggiran sungai
"ya udah hati-hati ya disini, semoga mamanya cepat datang" kataku sambil berlalu meninggalkannya.
"iya pak" jawabnya
Setelah obrolan singkat itu Aku pun berlalu, ku lihat sekilas dari sepion dia membuka bungkusan yang ku berikan tampa menghiraukan air hujan yang terus turun.
Aku terus mengucapkan syukur Atas Nikmat yang telah Allah berikan kepadaku, sering kita mendengar lihatlah kebawah agar kita semangkin bersyukur atas apa yang telah kita miliki
Jangan lupa bersyukur...
Baca Juga
- Traktiran Terakhir Bunda Dosen Terbaik Sepanjang Masa
- Kisah Inspirasi Kerja Keras Mahasiswa Yang Mengejar Mimpinya
Comments
Post a Comment